Sabtu, 20 Agustus 2011

HARAPAN BUMI

Bumiku hidup di penghujung akhir kekacauan peradaban
Terancam menghilang di tangan serakah manusia
Menangis di sela-sela kerasnya hati para khalifah pecundang
Meronta di antara ketidakpedulian para pengkhianat

Kesucian terciptanya bumi telah ternoda oleh nafsu yang tak ada batas
Kekayaannya telah menjadi bumerang bagi dirinya sendiri
Bumi mencoba menjerit, namun pecundang-pecundang itu terlalu naif untuk mendengarnya

Bumiku, telah terlalu lama engkau berdiri menopang hidupnya anak manusia
Anak manusia yang belajar melupakan semua yang kau berikan
Menghilangkan jejak kemurahan hatimu akan kekayaan yang ada
Menguras apa yang ada, membuat keseimbanganmu menjadi goyah tanpa tempat berpijak

Bumiku, tak banyak yang kau inginkan
Tak banyak yang kau harapakan
Hanya saja manusia tak pernah mencoba merasa di antara kesedihanmu
Manusia terlalu sibuk akan keserakahan dirinya
Terlalu naif untuk menjadi makhluk yang tahu kata terima kasih untukmu
Kini bumiku telah tenggelam dari segarnya nafas pagi yang indah
Telah menyambut kita dengan hantaman air yang marah karena kesakitan

Bumiku, kini engkau telah hanyut dari keakraban alam
Terdiam dalam kesunyian yang menyedihkan
Tak ada yang mencoba merasa sakitnya dirimu dikhianati oleh mereka yang telah kau berikan segalanya

Wahai khalifah yang telah diutus Yang Maha Kuasa
Rasakanlah denyut bumi ini yang kian melemah
Bangkitkanlah rasa sayangmu terhadap kelestarianya
Belajarlah menyayangi tanah yang kau pijak
Hiduplah dengan bumi seramah bumi tersenyum terhadapmu

Wahai anak manusia...
Bangunlah dari mimpi-mimpimu yang kacau
Cobalah dengar harapan hati bumi
Karena bumi tak punya segudang harapan selayaknya segunung harapan kita dengannya
Bumi hanya berharap...
Jiwa-jiwa yang hidup di hati kita mau berbagi kebaikan
Bumi berharap...
Para khalifah di dunia ini mempunyai tangan dan hati sehangat mentari
Agar rerumputan , kicauan burung, gemericik air, dan semilir angin dapat kembali melantun merdu dihari-hari yang indah

Cobalah hayati apa yang telah kau kuras dari bumi
Renungkanlah kegoyahan bumi akhir-akhir ini
Karena peradaban yang kau ciptakan telah menghancurkan induk semang kita yang selama ini memberikan kemewahan berlimpah
Buatlah hatimu yang kian mengeras itu melebur bersama aliran sungai
Agar kau dapat melihat apa yang terjadi di hati para pepohonan
Agar kau dapat mendengar tangisan, rintihan, dan ceracau para burung yang telah kau buat kehilangan tempat untuk bermain bersama keluarganya
Sadarilah...
Dan dengarlah...
Bumi mencoba kembali tersenyum denganmu yang mau belajar tersenyum dengannya

puisi " KEKACAUAN"

KEKACAUAN
Senandung sunyi mewarnai pagi yang mendung
Sapa embun pagi kian menghilang
Kutatap detak jantung kehidupan bumi
Nyala dalam ketidakteraturan

Kokok ayam pagi tak berbeda dengan kokok ayam petang
Semuanya seakan lupa batas-batas waktu yang lazim
Seakan bumi tak pernah kenal waktu untuk mengingat-Nya kembali

Hati telah berlapis baja..
Dibiarkan kembali dalam kesuraman
Walaupun telah datang wasiat pelita,
Namun telinga hatinya telah musnah

Syair-syair nyanyian syetan lebih menyanjung merdu di telinga batin mereka
Tinggalah sayup-sayup panggilan Tuhannya kian menghilang
Kini jelaslah sekarang, padang kegersangan iman itu telah dilupakan hujannya
Angin panas terus merobohkan iman yang semakin melayu ditengah kegelapan...
Milinium telah menyulapnya menjadi segumpal daging hitam yang semakin hari semakin membusuk
Tak ada lagi perbedaan hitam dan putih, semuanya dianggap sama dalam pandangan kekufuran iman
Kesamaran batas-batas haq dan batil kian melemah
Wasiat yang telah ada tak pernah lagi dijadikan obat

Kilauan dunia telah membuat buta akan segalanya
Arti kedamaian jiwa sudah tak dimengerti lagi
Kepuasan fanalah yang telah membunuhnya

Bumi kembali menjadi gelap dan suram yang bodoh
Rintihan iman tak lagi sunyi
Nyala nafsu yang tak ada batas lagi meranggas
Menggerogoti jiwa-jiwa lemah..
Ku bertanya dalam diam,
Apakah semuanya akan berhenti disini?
Apakah pintu keindahan di alam sana telah menutup?
Tangisku memilu di sekeliling kematian hati yang semakin tak disadari.

puisi harapan

Segudang harapanku ingin mencapai bintang di angkasa raya
Menimbunnya dalam pundi-pundi anganku
Seiring waktu,ku sering bertanya
Dapatkah bintang itu menjadi sebuah kenyataan?
Bukan sekedar fatamorgana yang menghibur hati pengelana kehausan
Andai angin yang beramburan ini dapat membawaku menuju impianku, ku ingin diriku seringan kapas
Andai semuanya dapat aku tulis di lembar kenyataan, kuingin ku jadi seorang penulis kenyataan

Mimpi itu begitu indah, namun bisa begitu menyakitkan jika kita terjatuh dari mimpi-mimpi itu..
Terbang bersama khayalan mimpi adalah hal yang paling membahagiakan
Namun saat rintangan mulai menghadang, semuanya terasa seperti sembilu yang begitu tajam , mematahkan semua tungkai-tungkai harapan
Andai bukanlah sebuah andai..
Rasanya bumi ini milik seorang
Semoga mimpiku dapat kupetik di antara bintang malam
Walau badai menungguku di bawah sana kku kan tetap berusaha terbang buat menggapai semuanya..
Kalaupun ku terjatuh,,setidaknya aku pernah mencobanya..