Sabtu, 20 Agustus 2011

puisi " KEKACAUAN"

KEKACAUAN
Senandung sunyi mewarnai pagi yang mendung
Sapa embun pagi kian menghilang
Kutatap detak jantung kehidupan bumi
Nyala dalam ketidakteraturan

Kokok ayam pagi tak berbeda dengan kokok ayam petang
Semuanya seakan lupa batas-batas waktu yang lazim
Seakan bumi tak pernah kenal waktu untuk mengingat-Nya kembali

Hati telah berlapis baja..
Dibiarkan kembali dalam kesuraman
Walaupun telah datang wasiat pelita,
Namun telinga hatinya telah musnah

Syair-syair nyanyian syetan lebih menyanjung merdu di telinga batin mereka
Tinggalah sayup-sayup panggilan Tuhannya kian menghilang
Kini jelaslah sekarang, padang kegersangan iman itu telah dilupakan hujannya
Angin panas terus merobohkan iman yang semakin melayu ditengah kegelapan...
Milinium telah menyulapnya menjadi segumpal daging hitam yang semakin hari semakin membusuk
Tak ada lagi perbedaan hitam dan putih, semuanya dianggap sama dalam pandangan kekufuran iman
Kesamaran batas-batas haq dan batil kian melemah
Wasiat yang telah ada tak pernah lagi dijadikan obat

Kilauan dunia telah membuat buta akan segalanya
Arti kedamaian jiwa sudah tak dimengerti lagi
Kepuasan fanalah yang telah membunuhnya

Bumi kembali menjadi gelap dan suram yang bodoh
Rintihan iman tak lagi sunyi
Nyala nafsu yang tak ada batas lagi meranggas
Menggerogoti jiwa-jiwa lemah..
Ku bertanya dalam diam,
Apakah semuanya akan berhenti disini?
Apakah pintu keindahan di alam sana telah menutup?
Tangisku memilu di sekeliling kematian hati yang semakin tak disadari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar